Ingin Anak Cerdas dan Sehat? Jangan Abaikan Sarapan Bernutrisi!
By RFR - Februari 16, 2014
Tahukah
Anda kalau melewatkan sarapan merupakan salah satu dari 10 kebiasaan harian
yang dapat merusak otak? Penjelasan sederhananya begini. Asupan dari makanan akan
menyediakan kadar gula dalam darah yang cukup untuk bahan bakar aktivitas kita
sehari-hari. Bila kadar gula darah rendah, otak tidak akan mendapatkan nutrisi
yang cukup untuk melaksanakan fungsinya. Bila kondisi ini dibiarkan
terus-menerus, otak dapat mengalami kerusakan karena terjadi degenerasi sel-sel
otak yang “kekurangan” nutrisi.
Anak yang sedang sarapan (diambil dari http://www.deltadentalarblog.com/2013/08/teach-your-children-healthy-eating/) |
Karena itu jelas sangat dianjurkan bagi kita dan
anak-anak untuk memulai hari dengan sarapan. Apalagi saat pagi hari yang
merupakan awal hari kita, energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas seharian (atau
sampai siang) tentu sangat banyak. Dari mana energi itu datang kalau bukan dari
makanan?
Sayangnya, di Indonesia sekitar 16,9
– 59% anak sekolah, remaja, dan orang dewasa Indonesia melewatkan sarapan dari
jadwal pagi mereka. Padahal sarapan memegang peranan penting dalam kecerdasan dan
kesehatan anak.
Pentingnya Sarapan Bagi Kecerdasan Anak
Ada
sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekolah keperawatan di Cina mengenai bukti
pengaruh sarapan terhadap kecerdasan akademis yang dibuktikan lewat nilai skor
IQ[1].
Hasil penelitian itu menyebutkan kalau nilai IQ anak yang rutin sarapan memang
lebih tinggi daripada yang tidak. Penelitian tersebut melibatkan 1.269 anak
usia 6 tahun di Cina. Anak-anak yang jarang sarapan memiliki nilai IQ di bawah
anak-anak yang selalu sarapan pagi: kemampuan verbainya 5,58 poin di bawah anak
yang sarapan, dan secara keseluruhan memiliki skor 4,6 poin di bawah total skor
IQ anak yang rutin sarapan pagi. Penelitian itu juga menyebutkan bahwa tidak
masalah apa saja yang dimakan anak-anak, sepanjang mereka rajin sarapan maka IQ
mereka akan lebih tinggi daripada anak yang tidak sarapan (responden yang rutin
sarapan dalam penelitian itu 69%-nya sarapan dengan nasi dan mi).
Penelitian lain menyebutkan bahwa sarapan dapat
meningkatkan kemampuan memori otak[2].
Anak yang sarapan memiliki kemampuan mengingat informasi baru dan me-recall informasi yang pernah
didapatkannya dengan sangat baik. Sarapan tidak hanya memengaruhi memori jenis
deklaratif saja, tetapi juga jenis memori prosedural. Memori deklaratif adalah
memori tentang informasi lama yang dapat diingat kembali oleh kita secara sadar
dan diucapkan secara verbal, sedangkan memori prosedural merupakan memori yang
melibatkan keterampilan, kebiasaan, dan pengkondisian, misalnya mengendarai
sepeda, gerakan olah raga, dan lain-lain. Kedua jenis memori itu diperlukan
oleh anak-anak sekolah karena di sekolah mereka dituntut untuk dapat memahami
pelajaran, mengingatnya, dan mempraktikkannya (untuk mata pelajaran praktik). Ada pula penelitian yang lebih spesifik menyebutkan kalau sarapan akan
meningkatkan kemampuan matematis dan membaca anak serta performa mereka juga jadi
lebih baik dalam ujian.
Pentingnya Sarapan untuk Kesehatan
Tubuh
Sarapan
ternyata dapat mencegah anak-anak kelak dari bersarangnya penyakit jantung
koroner saat dewasa kelak. Menurut penelitian Harvard School of Public Health
(HSPH), penyakit
jantung koroner berpotensi lebih tinggi (sebesar 27%) terjadi pada orang-orang
yang tidak sarapan. Faktor lain yang cukup menakutkan bagi orang yang tidak
sarapan adalah mereka lebih cenderung mudah mengalami obesitas. Hal ini terjadi
karena perut mereka kosong dan merasa cepat lapar sehingga akan lebih sering
mengonsumsi makanan kecil yang tinggi kalori.
Selain itu, mereka juga cenderung mengalami tekanan
darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes yang pada akhirnya dapat memicu
serangan jantung.[3]
Kebiasaan anak untuk sarapan juga
dapat mengurangi potensi anak untuk melakukan kebiasan buruk bagi kesehatannya,
seperti merokok, penyalahgunaan alkohol, dan narkoba.
Apa Sarapan yang Sehat untuk Anak?
Orang
Indonesia memang tidak bisa lepas dari nasi alias karbohidrat sebagai sumber
makanan utama. Lihat saja, menu sarapan di Indonesia tidak jauh-jauh dari nasi
uduk, bubur ayam, ketupat sayur, dan mi. Semua makanan itu didominasi oleh
karbohidrat. Meskipun penelitian di Cina tadi menyebutkan tidak masalah sarapan
apa pun yang dimakan anak, karena anak akan tetap lebih cerdas kalau rutin
sarapan, tetapi akan lebih bijak bila kita memperhatikan aspek kesehatan dan
kecukupan nutrisi dalam menu sarapan anak. Karena bukan sekedar makan di pagi
hari saja yang penting, tetapi kecukupan nutrisinya juga perlu diperhatikan.
Bila porsi karbohidrat terlalu
banyak dalam sarapan, akibatnya anak mudah mengantuk, tidak bersemangat, dan juga
cepat lapar. Anak cenderung akan mengonsumsi makanan kecil lainnya untuk
menutupi rasa lapar mereka dan hal ini bisa mendorong mereka mengalami
obesitas. Oleh karena itu, lebih baik porsi sarapan mereka dikombinasikan
dengan makanan yang lebih tinggi kadar proteinnya seperti telur, tahu, tempe,
atau daging serta makanan serat tinggi seperti roti gandum dengan selai kacang,
dilengkapi dengan buah-buahan dan susu rendah lemak.
Bila Anda khawatir anak merasa lapar sebelum jam makan
siang, bekali dengan buah seperti apel, atau makanan kecil dari bahan keju dan
kacang-kacangan.
Kesimpulan
Sarapan
merupakan kegiatan pagi yang kelihatannya remeh-temeh, tetapi menyimpan manfaat
yang sangat banyak bagi anak. Selain meningkatkan fungsi kognitif mereka,
sarapan juga dapat mencegah obesitas serta penyakit-penyakit menakutkan lainnya
seperti penyakit jantung dan diabetes.
Untuk mewujudkan generasi muda Indonesia yang cerdas
dan sehat, hal sepele seperti sarapan ternyata bisa memegang andil penting
untuk itu. Tidak heran bila di banyak negara maju, pemerintah/organisasi
nirlaba yang peduli nutrisi anak membuat program “Sarapan di Sekolah” untuk
memenuhi nutrisi anak-anak di sana. Di Indonesia mungkin pemerintah atau LSM belum
banyak yang tergerak dalam program yang serupa, tetapi kita sebagai orangtua,
pendidik, atau orang-orang terdidik perlu menyebarluaskan pemahaman pentingnya
sarapan dan menerapkannya sendiri sekurang-kurangnya dalam keluarga kita
sendiri.
Apalagi Jianghong Liu, salah satu peneliti dalam studi
sarapan di Cina yang telah disebutkan sebelumnya, dengan tegas menyebutkan
kalau pun kita hanya bisa makan satu kali dalam sehari maka sarapanlah yang
paling penting kita lakukan.
Jadi, Anda masih tega melewatkan sarapan untuk anak
Anda?
[1] Greg Johnson. Nursing study finds that breakfast, indeed, is the most important meal. Diambil dari http://www.upenn.edu/pennnews/current/2013-06-06/research/nursing-study-finds-breakfast-indeed-most-important-meal pada tanggal 15 Februari 2014
[2] David, Benton. Breakfast, blood glucose, and cognition. Diambil dari http://ajcn.nutrition.org/content/67/4/772S.full.pdf
pada tanggal 15 Februari 2014.