Banyuwangi merupakan kabupaten terbesar
di Jawa Timur yang terkenal dengan keragaman dan kekayaan budaya, seni, dan
juga alamnya. Luas kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km2. Secara geografis, kabupaten
ini terletak di koordinat 7° 43’ —
8° 46’ Lintang Selatan dan 113° 53’ — 114° 38’ Bujur Timur, sebelah baratnya bersebelahan dengan kabupaten Jember dan Bondowoso, sebelah utaranya bersebelahan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah
timur berbatasan dengan Selat Bali, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Posisinya yang diapit antara
pegunungan dengan laut/pantai membuat kabupaten ini memiliki paket potensi
wisata alam lengkap yang sangat jarang dimiliki daerah lainnya, yaitu wisata
pegunungan, hutan, sampai pantai dan laut.
Potensi wisata alam Banyuwangi sejauh
ini telah digarap dengan cukup baik oleh pemerintah daerahnya. Terbukti, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Bayuwangi menyatakan bahwa sepanjang tahun 2012 terjadi
peningkatan jumlah wisatawan ke daerah itu. Pada tahun tersebut, jumlah
wisatawan yang mengunjungi Banyuwangi sebanyak 874.285 orang. Angka ini
meningkat sekitar 8 persen dari dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 di mana jumlah
wisatawan yang bertandang ke Banyuwangi sebesar 802.448 orang. Pada tahun 2012,
sejumlah 5.502 orang wisatawan berasal dari mancanegara, yaitu dari Perancis,
Belanda, Spanyol, Australia, Cina, dan Hong Kong.
Jumlah objek wisata di Banyuwangi
pun tidak tanggung-tanggung jumlahnya. Ada 25 buah objek wisata yang bisa
dikunjungi di sana! Angka yang cukup fantastik! Tetapi dari 25 objek tersebut
ada tiga objek wisata yang rupanya menonjol sebagai tujuan wisata favorit para
pelancong, yaitu Gunung Ijen, Pantai Plengkung di kawasan Taman Nasional Alas
Purwo, dan Pantai Sukamade. Hal ini cukup menarik karena dua dari tiga objek
wisata favorit di Banyuwangi adalah objek wisata pantai (laut), tetapi ini
wajar karena memang tren wisata pesisir/pantai/laut memang sedang naik daun. Seperti
disebutkan dalam makalah Global Trends in Coastal Tourism yang dibuat Martha Honey, Ph.D. dan David Krantz, M.A.
untuk Marine Program WWF pada tahun 2007 bahwa saat ini pariwisata pesisir dan
laut merupakan segmen terbesar dalam industri pariwisata.
Nah, kembali ke dua dari tiga
tempat wisata favorit di Banyuwangi tadi, Pantai Plengkung dan Pantai Sukamade.
Keduanya merupakan wilayah yang aksesnya lumayan sulit (kalau tidak mau
dikatakan sulit). Contohnya Pantai Sukamade yang menyediakan wisata pantai
berbonus pengamatan fauna penyu, hanya bisa ditempuh dengan jeep, motor,
ataupun trekking melewati hutan karena jalurnya tidak mulus dan banyak hambatan
alam seperti sungai kecil dan jalan berbatu-batu tajam. Pantai Plengkung,
jalurnya lebih sulit lagi yang konon saat pertama kali ditemukan oleh para
peselancar Amerika tahun 1970-an, mereka berselancar untuk sampai di Pantai
Plengkung. Ombaknya pun bukan ombak skala mainan. Ditambah lagi dengan dasar
lautnya yang berkarang, tidak berupa pasir halus. Artinya selain jalur ke sana
yang sangat sulit, wisata di sana pun hanya dapat dinikmati oleh orang-orang
yang memiliki hobi khusus.
Lalu bagaimana
Banyuwangi bisa menggenjot wisatawan lainnya lewat pesona pesisir pantainya? Tentu
objek wisata itu harus memiliki akses yang jauh lebih mudah dan tidak terlalu “berbahaya”
untuk orang awam yang hanya ingin bersenang-senang tanpa harus menguji nyali. Untungnya
Tuhan menghadiahkan Pantai Pulau Merah untuk Banyuwangi. Pantai Pulau Merah berpasir putih
kecoklatan dengan garis pantai sepanjang ±3 km dan memiliki
ciri khas berupa bukit yang menjulang tinggi di ujungnya. Pantai ini berlokasi di Desa
Sumberagung Kecamatan Pesanggaran sekitar
± 80 km dari kota Banyuwangi. Untuk menuju
lokasi Pulau Merah sangat mudah sehingga kita bisa menggunakan
kendaraan pribadi dan langsung sampai,
tidak perlu melakukan trekking sulit lagi.
Lalu kenapa
dinamakan Pantai Pulau Merah? Hal ini tidak lain karena saat matahari tenggelam akan terlihat berkas sinar yang berwarna jingga kemerahan dari balik bukitnya. Selain menarik dari segi visual,
pulau ini juga memiliki ombak yang cukup tinggi terutama pada bulan April
hingga bulan September. Kondisi pergulungan ombaknya memang tidak
sedahsyat Pulau Plengkung, tetapi lumayan bagus untuk para peselancar pemula. Selain
itu lokasi Pulau Merah cocok untuk dijadikan tempat snorkling, bermain
paralayang, voli pantai, dan olah raga air lainnya.
Konsep Ekoturisme Pulau Merah dan Peluang Penerapannya di Banyuwangi
Karena akses menuju Pulau Merah sangat mudah
dan pesona yang ditawarkan Pulau Merah begitu luar biasa, Banyuwangi perlu
mempertimbangkan konsep ekoturisme. Kenapa? Hal
ini tidak
lain karena pertimbangan pelestarian lingkungan. Dalam pengertian umum, prinsip ekoturisme sendiri
adalah wisata yang menggarap wilayah konservasi lingkungan alami secara bertanggung jawab dan sekaligus memperbaiki
kesejahteraan penduduk lokal―The
International Ekoturisme Society (TIES). Konsep ekoturisme ini akan menjadikan kegiatan pariwisata menjadi lebih
memperhatikan dampak yang merugikan terhadap lingkungan yang dijadikan obyek
wisata karena tidak jarang perubahan suatu wilayah menjadi objek wisata malah
menjadikan wilayah itu menjadi rusak dan kotor. Tentu kita tidak mengharapkan hal
ini terjadi di Pantai Pulau Merah.
Selain alasan kepentingan lingkungan, ada juga pertimbangan nilai ekonomis Ekoturisme yang nilainya cukup menggiurkan. Sepanjang periode
1990-an, pertumbuhan Ekoturisme
bertambah dari 20% menjadi 34% dan pada tahun 2004, UNWTO (United Nations World
Tourism Organization) memperkirakan kalau angka Ekoturisme dan wisata alam tumbuh 3 kali lebih besar. Tourism
Network memberi peringkat Ekoturisme sebagai
salah satu sektor yang paling cepat berkembang dalam industri pariwisata dengan
pertumbuhan rata-rata di dunia sebesar 5%. Bahkan, LOHAS (Lifestyles of Health
and Sustainability) memperkirakan bahwa Ekoturisme
berkontribusi terhadap pasar industri pariwisata di seluruh dunia sebesar $540 milyar. Tentu itu
angka yang menggiurkan karena nilai Produk Domestik Bruto pariwisata Indonesia
sendiri adalah sebesar 7,5%. Hal itu
berarti bahwa Indonesia dapat menyerap setidaknya 7,5% dari nilai $540 milyar.
Singkatnya, dengan penerapan
ekoturisme, tinggal tentukan saja berapa nominal target yang ingin diraup Banyuwangi
dari total nilai pasar pariwisata yang menggiurkan tersebut! Mungkin dengan
penerapan konsep ekoturisme di Pulau Merah, angka wisatawan luar negeri akan
semakin membengkak, tidak stagnan di angka 5000-an orang saja karena konsep ekoturisme selalu menarik bagi turis asal
luar negeri yang memang sudah sangat melek tentang isu-isu lingkungan hidup.
Sebagai contoh kegiatan ekoturisme yang bisa diterapkan di Pulau
Merah, misalnya dengan mengadakan konservasi mangrove di sekitar Pulau Merah
yang melibatkan para wisatawan, yaitu dengan mengadakan program menanam
mangrove bagi wisatawan yang telah mendaftar paket wisata ekoturisme, lalu penyediaan tempat sampah dengan jumlah yang
memadai supaya mendorong wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Diadakan juga kegiatan relawan Pulau Merah untuk bersih-bersih pantai dan laut
secara periodik yang melibatkan para wisatawan juga. Selain dari segi program, ekoturisme juga menekankan pada
penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan saat membangun sarana prasarana sekitar
lokasi pariwisata serta mempertimbangkan rasio bangunan terhadap luas pantai.
Penutup
Sebelumnya dengan sokongan pendapatan dari
sektor pariwisata secara umum, kabupaten Banyuwangi telah berhasil mencapai
prestasi sebagai kabupaten peringkat ke-11 terkaya di Indonesia tahun 2012 dan
nomor dua terkaya di Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi pada tahun 2012
juga telah mencapai 7,18 persen. Angka itu di atas rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasional yang nilainya sebesar 6,2 persen. Tapi Pemerintah Daerah Banyuwangi
tidak boleh terlena dengan angka itu, lalu lantas berpuas diri begitu saja. Perbaikan
dan peningkatan prestasi daerah mutlak harus menjadi agenda yang wajib dicapai
bersama. Tentu saja untuk mencapai itu, sektor pariwisata, terutama
wisata pantai berbasis ekoturisme harus diberi perhatian lebih serius lagi.
Bila rencana program pariwisata ekoturisme dapat diterapkan dan
dikembangkan, diharapkan Banyuwangi tidak hanya menjadi daerah no. 1 yang
berprestasi di bidang pendapatan daerahnya, tetapi juga dapat sejajar dengan
Karibia sebagai destinasi wisata laut dunia yang mengedepankan konservasi
lingkungan!