Setiap orang punya kisah gelapnya masing-masing. Dan satu hal yang pertama membuatku lupa tentang gelap itu adalah puisi. Aku seorang introvert yang tak bisa membiarkan siapa pun tahu apa yang berlintasan dalam pikiranku, tapi jiwa ini hanya sebatas wadah yang mudah penuh, butuh penyaluran. Lalu puisi adalah solusi logisnya.
Aku bisa bercerita tentang sesuatu dengan menggunakan kata lain dan tak takut orang lain tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasa nyaman menulis puisi, dia mendengar saat tidak ada yang mau mendengar. Ia menenangkan resah, saat yang lain hidup dalam dunia mereka sendiri. Bisa dibilang, puisi adalah jatuh cinta pertamaku dan cintaku itu ternyata bertahan lama.
Hingga kini, aku masih rajin menulis puisi. Dan rapi kusimpan dalam folder khusus laptopku. Jadi jangan heran kalau aku sulit membiarkan orang membuka laptopku. Buatku, laptop ada barang pribadi seperti halnya dompet, ponsel, atau yang lebih ekstrim, celana dalam. Jadi tidak heran kalau aku sulit meminjamkan laptop, karena sebenarnya siapa juga yang sudi meminjam celana dalam orang, kan? :D
Aku bisa bercerita tentang sesuatu dengan menggunakan kata lain dan tak takut orang lain tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku merasa nyaman menulis puisi, dia mendengar saat tidak ada yang mau mendengar. Ia menenangkan resah, saat yang lain hidup dalam dunia mereka sendiri. Bisa dibilang, puisi adalah jatuh cinta pertamaku dan cintaku itu ternyata bertahan lama.
Laptop kesayangan |
Hingga kini, aku masih rajin menulis puisi. Dan rapi kusimpan dalam folder khusus laptopku. Jadi jangan heran kalau aku sulit membiarkan orang membuka laptopku. Buatku, laptop ada barang pribadi seperti halnya dompet, ponsel, atau yang lebih ekstrim, celana dalam. Jadi tidak heran kalau aku sulit meminjamkan laptop, karena sebenarnya siapa juga yang sudi meminjam celana dalam orang, kan? :D