Kalau bicara masalah rumah sakit,
pasti yang terbayang pertama oleh saya adalah sebuah instansi komersil yang
nilai pengabdian sosial-lingkungannya perlu dipertanyakan. Seperti yang banyak
saya baca di koran-koran, banyak sekali berita tentang pasien yang ditolak oleh
rumah sakit karena tidak memiliki uang untuk jaminan perawatan, atau ada juga
yang bayinya ditahan oleh pihak rumah sakit karena tidak mampu melunasi biaya
persalinan. Sadis.
Malah kabarnya ada juga rumah
sakit yang memiliki jumlah target pasien operasi tertentu. Jadi, untuk memenuhi
target itu, katanya, ada dokter yang menakut-nakuti pasiennya mengidap penyakit
yang tidak diderita pasien itu hanya supaya si pasien mau dioperasi. Minimal
operasi amandel.
Itulah kenapa saya menghindari sakit
parah karena jadinya harus berurusan dengan rumah sakit yang seperti itu. Belum
lagi dengan sikap kebanyakan perawat dan dokter yang angkuh dan judes sehingga
terkesan berjarak dengan para pasiennya. Biaya rawat inap mahal yang
dikeluarkan pasien seakan hanya untuk membayar teknologi dan obat saja, tidak
membuat para pegawainya lebih ramah kepada para pasien. Padahal jelas orang
sakit membutuhkan empati tinggi dari orang-orang sekitarnya agar lebih cepat
proses penyembuhannya.
Itu baru dari segi pelayanan,
belum dari segi fasilitas fisik rumah sakit. Kebanyakan rumah sakit memiliki
tata bangun yang seadanya. Gedung kotak, parkir sempit, dan minim ruang terbuka
hijau. Bahkan ada yang tidak memiliki ruang terbuka hijau sama sekali. Hanya pot-pot
tanaman yang seadanya. Sekedar syarat ada hijauannya.
Lalu saya mendengar adanya konsep
green hospital. Apa pula itu? Green hospital adalah rumah sakit yang
memadukan dan menyelaraskan antara kesehatan dengan lingkungan. Wah, ternyata rumah
sakit juga tidak mau kalah ikut berpartisipasi terhadap hijaunya bumi. Tapi apa
manfaatnya buat pasien? Tentu saja manfaatnya banyak, tidak hanya untuk pasien
tapi juga untuk lingkungan sekitar rumah sakit itu. Keuntungannya itu pun tidak
terbatas untuk saat ini saja, tetapi juga untuk kepentingan masa depan. Ada beberapa
alasan dan asumsi untuk itu.
Pertama, green hospital adalah
rumah sakit yang benar-benar menerapkan konsep hijau, jadi tentu akan sangat
hemat energi dan air dalam kegiatan operasionalnya. Konsep hemat air dan energi
ini tentu akan menguntungkan bagi kita semua, terutama untuk generasi kita di
masa mendatang karena katanya bumi akan mengalami krisis energi dan air.
Saya membayangkan bila green hospital yang kelak akan dibuat di
Indonesia menerapkan penggunaan energi alternatif seperti tenaga surya dalam
operasionalnya. Atau bisa juga memaksimalkan desain fisik bangunannya agar
pencahayaannya bisa maksimal tanpa penerangan lampu listrik konvensional. Penggunaan
AC juga akan minimal. Selain AC menghasilkan zat buang perusak ozon, ternyata
AC yang tidak dirawat penggunaannya dapat menyebabkan bakteri menumpuk di AC
dan menyebabkan penyakit lain. Untuk itu, rumah sakit harus didesain pula sedemikian
rupa agar ventilasinya bagus. Penggunaan air juga harus diperhatikan dan bila
perlu memiliki alat pengelolaan air bekas pakai supaya bisa digunakan kembali
untuk keperluan lain.
Kedua, konsep hijau dalam green hospital tentu akan ditandai dengan
keberadaan lahan hijau terbuka yang sangat luas melebihi luas bangunan fisik. Keberadaan
lahan terbuka hijau yang ditanami berbagai tumbuhan, bunga-bungaan, dan tanaman
tentu akan bermanfaat menjadi paru-paru hijau sekitar lingkungan rumah sakit
dan bagi rumah sakit itu sendiri. Selain itu, keberadaan tumbuhan dan tanaman
membuat suasana dingin dan adem sehingga peran AC sebagai pendingin ruangan akan
semakin minimal. Lahan itu juga dapat dimanfaatkan untuk area fisioterapi,
yoga, senam sehat bersama, jogging path,
dan refreshing para pasien dan
keluarganya. Apalagi bila ditambah dengan adanya kebun sayur organik milik
Rumah Sakit yang dipergunakan untuk keperluan makan para pasiennya. Untuk menambah
peran rumah sakit bagi hijaunya lingkungan, dapat pula di buat lubang biopori
di sekitar lahan hijau tersebut.
Keberadaan lahan terbuka hijau
itu juga akan memiliki keuntungan lain bagi proses kesembuhan para pasien
karena menjadi semacam terapi emosional bagi pasien dan membuat mereka menjadi lebih
rileks. Efek ruang terbuka hijau itu juga akan terasa oleh para pegawai rumah
sakit sehingga emosi mereka akan menjadi lebih positif dalam bekerja, itu akan
menyebabkan pelayanan yang mereka berikan pun akan lebih ramah.
Ketiga, green hospital
tentu akan sangat memperhatikan konsep daur ulang dan pengelolaan limbah medis
maupun nonmedis sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar. Limbah medis
setahu saya harus dikelola dengan sedemikian rupa agar tidak menularkan
penyakit kepada lingkungan. Bila limbah medisnya cair harus dikelola dengan
instalasi pengelolaan limbah yang dimiliki oleh rumah sakit secara mandiri. Bila
limbahnya padat, harus dimusnahkan dengan incenerator.
Nah, limbah nonmedis dapat
dimanfaatkan atau didaur ulang agar tidak menambah volume sampah di wilayah rumah
sakit tersebut dan juga tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab, seperti misalnya limbah dus obat yang diambil pemulung lalu dijual
ke pengepul untuk digunakan sebagai wadah obat palsu. Bila sampah organik,
dapat dimanfaatkan untuk menjadi pupuk organik, bila sampah seperti dus,
kertas, dapat diolah kembali menjadi kertas yang akan digunakan oleh rumah
sakit untuk kegiatan administratifnya.
Ketiga alasan itu saya rasa cukup
untuk menjawab betapa pentingnya green
hospital bagi kita semua, tidak hanya di saat ini, tetapi juga di masa
mendatang. Memang untuk melakukan itu butuh dana dan tenaga yang tidak sedikit, namun mengingat
manfaatnya yang besar, kenapa tidak? Ada kabar juga bahwa Indonesia
mencanangkan pada tahun 2020 kelak seluruh rumah sakit di Indoensia telah
menerapkan konsep green hospital. Saat itu tentu akan sangat kami tunggu.
Pentingnya green hospital itu harus diketahui juga oleh para pasien dan
pegawai rumah sakit itu sendiri. Pegawai rumah sakit diharapkan mampu menerapkan
konsep hijau di luar tempat kerjanya itu, tidak sebatas formalitas kantor semata.
Caranya dengan mendorong pegawai rumah sakit menjadi kader lingkungan hidup di
sekitar tempat tinggal mereka masing-masing. Bagi pegawai yang berhasil
menularkan atau mengkader warga di sekitar lingkungannya akan mendapatkan reward tertentu. Sedangkan para pasien
(khususnya yang sudah tidak terlalu parah sakitnya), diajak turut
berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan di lingkungan rumah sakit, misalnya
dengan penanaman tumbuhan bersama di sekitar rumah sakit dan memberikan nama
bagi tanaman yang mereka tanam dengan nama mereka sendiri.