Bangunan kaku, seluruh lokasi
berdinding putih, lorong-lorong panjang yang terkesan suram plus seram, ruangan-ruangannya
tersekat-sekat, ruang terbuka hijaunya sedikit, dan kebanyakan ruangnya berbau
kombinasi yang memabukkan antara bau obat dengan pembersih lantai yang
menyengat, bangunan apakah itu? Tepat! Rumah sakit! Mungkin itulah sebabnya
kenapa tempat yang menampung orang-orang yang mau mencari kesembuhan itu
dinamakan ‘rumah sakit,’ ya karena memang seolah-olah membuat orang sakit malah
semakin sakit bila dirawat dalam bangunan dengan konsep seperti itu.
Rupanya pemikiran saya itu ada
benarnya, loh! Ternyata memang ada kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
karena tata bangunan yang kurang baik, bahasa keren kumpulan gejala penyakit itu
adalah sick building syndrome (SBS). Biasanya
sih SBS disebabkan karena ventilasi
udara yang buruk dan bentuk gedung tertutup yang miskin hijauan. Kondisi seperti
itu bisa menyebabkan infeksi saluran nafas sampai radang paru dan jelas
menyebabkan stres juga, baik pada pasien, keluarga pasien, maupun pegawai rumah
sakit itu sendiri. Padahal adanya lahan hijau yang luas dapat menyebabkan
emosional orang-orang yang ada di dalam lingkungan rumah sakit itu menjadi
lebih positif. Tidak heran kalau banyak orang, termasuk saya, yang beranggapan dan
mengalami sendiri kejudesan pelayanan pegawai rumah sakit, soalnya dari segi tata
bangunannya saja tidak mendukung keramahan para pegawainya, kok!
Kita coba lihat dari sudut
pandang pasien, deh! Bayangkan kalau misalnya
kita sakit berat sampai harus dirawat di rumah sakit. Seluruh tubuh ngilu dan itu
membuat emosi kita tidak terkontrol—stres. Nah, biasanya kalau kita mengalami
stres dan dalam kondisi sehat, akan sangat alamiah kalau kita mau refreshing sambil melihat tumbuhan hijau—suasana
alami, apalagi kalau sedang sakit. Sayangnya saat kita menengok ke kanan atau ke
kiri ruangan, yang kita lihat hanya sebatas dinding saja. Seperti tersekap. Kalau
kita beruntung dan mendapatkan spot kamar inap yang bagus, saat menengok ke
luar jendela, mungkin memang ada taman, tapi itu pun kecil sekali dan hanya seadanya
saja. Kurang indah. Kalau sore malah crowded
alias kepenuhan dengan pasien/keluarga pasien yang mau refreshing di taman kecil itu. Aih,
dijamin deh, pasien malah bisa tambah stres dirawat di situ.
diambil dari http://www.issaquahpress.com/2011/06/21/swedishs-issaquah-highlands- | hospital-is-green-by-design/ |
Untuk mengatasi masalah seperti itu,
ternyata sudah ada yang namanya “green
hospital.” Konsep hijau dalam rumah sakit ini sudah lama bergulir di luar
negeri sana. Keren! Bukan hanya bangunan rumah sakitnya yang memiliki ruang
terbuka hijau alias area taman yang luas, tetapi juga mereka benar-benar
menerapkan konsep gedung sehat buat bangunan gedung rumah sakitnya. Pencahayaan
diupayakan semaksimal mungkin tanpa mengandalkan lampu listrik konvensional
saja. Jadi. gedungnya didesain sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan
listrik yang besar untuk menerangi keseluruhan gedung rumah sakit. Bahkan ada green hospital yang menggunakan listrik
dari tenaga matahari! Wow!
Saya langsung merasa iri. Rumah sakit
dengan konsep seperti itu belum banyak di Indonesia. Malah, saya belum pernah
merasakan fasilitas seperti itu di rumah sakit yang pernah saya kunjungi. Memang
sih karena saya jarang sakit parah, tapi kalau mengunjungi teman atau kerabat
yang sedang dirawat bisa dikatakan lumayan sering. Semuanya sama. Rumah sakit
dengan konsep memaksimalkan bangunan alias minim lahan hijau terbuka. Kelihatan
sekali orientasi bisnisnya. Seolah-olah kesembuhan pasien hanya didapat dari
perawatan dengan teknologi canggih saja dan melupakan proses penyembuhan lewat
alam (pemandangan hijau dan saling interaksi sosial dengan pasien lain di lahan
terbuka).
diambil dari http://blog.siemens.co.in/?attachment_id=1983 |
Nah, kalau ada nanti green hospital yang akan didirikan di
Indonesia, dalam bayangan saya, rumah sakit itu harus merupakan rumah sakit
hijau yang sangat terintegrasi. Rumah sakit itu memiliki porsi lahan terbuka
yang lebih besar daripada bangunannya. Bangunannya berada di tengah-tengah
lahan hijaunya. Jadi, udara segar hasil fotosintesis tanaman dalam lahan hijau
itu dapat masuk ke ruang inap para pasien. Kalau perlu ada area untuk
fisioterapi di alam terbuka. Tanaman yang menghiasi pun tidak sekedarnya saja. Ada
hiasan taman bunga yang menyegarkan mata dan juga bangku yang tersebar di tiap
sudut lahan terbuka tersebut. Kalau sampai dibuat kolam ikan atau kolam
pemancingan, boleh juga. Jadi pasien yang sudah tidak terlalu parah sakitnya dapat
menunggu proses penyembuhan dirinya sambil menikmati pemandangan lahan terbuka dan
memancing. Bangunan rumah sakitnya didesain secara unik seperti gedung hijau
lainnya agar kebutuhan pencahayaan dengan lampu listrik konvensional berkurang.
Ventilasi udara juga menjadi perhatian khusus karena SBS yang saya sebutkan
sebelumnya tadi dapat terjadi bila menggunakan AC dan kebersihannya tidak
diperhatikan. Kuman penyakit (yang memang banyak di rumah sakit) akan leluasa berkeliaran
dan mengendap di AC. Menakutkan!
Bukan bangunan hijau namanya
kalau tidak ada proses daur ulang yang dilakukan di sana. Air khususnya. Penggunaan
air harus dapat diminimalisir, misalnya dengan memasang toilet kering yang hemat
air. Kalau perlu dibuat tangki penampung air hujan yang dapat diolah untuk
keperluan rumah sakit. Sampah organik yang dihasilkan oleh rumah sakit juga
dapat didaur ulang untuk dijadikan pupuk organik yang dapat menyuburkan tanaman
yang ada di lahan terbuka milik rumah sakit. Dan akan sangat hebat sekali kalau
rumah sakit juga memiliki kebun sayuran untuk keperluan makan pasien dan
pegawai rumah sakitnya sendiri.
Tentang pengelolaan limbah,
karena saya juga pernah magang di rumah sakit sebagai asisten apoteker, sedikit
banyak saya jadi tahu kalau pengelolaan limbah, terutama limbah medis, adalah
hal yang sangat diperhatikan di sana. Untuk green
hospital, tentunya pengelolaan limbah medis juga harus menjadi perhatian
yang besar agar tidak mencemari lingkungan sekitar atau tidak terjadi hal seperti
yang pernah saya lihat di televisi, bekas suntikan dan kardus obat diambil
pemulung untuk dipalsukan.
Itu saja sih yang saya bayangkan tentang green
hospital yang saya inginkan dibangun di Indonesia. Nah, kalau rumah sakit
dengan konsep hijau seperti itu ada di Indonesia, mungkin rumah sakit itu akan
menjadi rumah sakit pertama yang paling peduli lingkungan dan tentu saja juga
peduli pasien. Nah, kalau sudah begitu rasanya nama ‘rumah sakit’ sudah tidak
pantas lagi disandingkan kepada rumah sakit dengan konsep itu. Lebih cocok
kalau namanya sekalian diubah saja menjadi ‘rumah sehat’, ya—‘rumah sehat hijau.’
3 Comments
nice tulisannya....konsep rumah sakit yang ramah lingkungan ya
BalasHapusmungkin bisa juga ditambahkan konsep khusus untuk tempat yoga dan taman yang menyediakan jalan terbuat dari batuan sehat yang biasa diinjak pasien agar bisa digunakan pasien yang tidak terlalu parah sakitnya untuk refleksi sambil menikmati udara dipagi hari dan disore hari mungkin :)
BalasHapusterimakasih ^^
BalasHapus