Pernahkah kita melihat ada orang yang sehari-harinya berbuat jahat pada orang lain, berbuat curang, dan tindakan yang tidak dibenarkan lainnya, tapi saat ditimpa masalah malah merasa dirinyalah yang paling teraniaya, terzalimi, dan menderita?
Sehari-hari menggunjingkan keburukan orang, menguak aib rekan atau temannya sendiri, pelit senyum, sering bolos kerja atau kuliah, sering menghardik orang, tapi berharap sekali orang lain ramah padanya, membicarakan kebaikannya, berharap orang lain menutupi keburukannya, berharap dapat kenaikan jabatan atau lulus kuliah dengan nilai memuaskan, dan berharap orang lain senang dengan kehadirannya atau memaklumi kekurangannya. Aneh bukan?
Saat sebagian besar orang membencinya, malas memberikan bantuan padanya, diam-diam menjatuhkan dia, atau ogah-ogahan mengapresiasi kerjanya, dia malah berpikir, "Kenapa orang kejam padaku? Kenapa hidupku begini? Salahku apa? Kenapa harus aku yang diperlakukan begini?"
Ada orang seperti itu? Atau malah kita sendiri yang diam-diam berkarakter seperti itu? Saat kita diperlakukan tidak adil menurut kita sendiri, dizalimi atau semacamnya, periksalah diri kita sendiri. Jangan-jangan kita pernah zalim pada orang, dengan sengaja dan terlupa atau tidak sengaja. Lalu cobalah untuk perbaiki diri kita. Meski sulit, mintalah pertolongan Alloh untuk mempermudah proses perbaikan kita itu dan percayalah bahwa tiap niat baik pasti akan menemukan jalannya.
Setidaknya, kalau belum bisa berbuat baik ikhlas semata untuk Alloh, berbuat baiklah seperti kita ingin diperlakukan hal yang serupa oleh orang lain. Kalaupun orang lain tetap berbuat jahat pada kita, anggap saja sebagai pelebur dosa dan kesalahan kita terdahulu yang menumpuk seperti tumpukan ribuan gunung tertinggi di dunia.
Sehari-hari menggunjingkan keburukan orang, menguak aib rekan atau temannya sendiri, pelit senyum, sering bolos kerja atau kuliah, sering menghardik orang, tapi berharap sekali orang lain ramah padanya, membicarakan kebaikannya, berharap orang lain menutupi keburukannya, berharap dapat kenaikan jabatan atau lulus kuliah dengan nilai memuaskan, dan berharap orang lain senang dengan kehadirannya atau memaklumi kekurangannya. Aneh bukan?
Saat sebagian besar orang membencinya, malas memberikan bantuan padanya, diam-diam menjatuhkan dia, atau ogah-ogahan mengapresiasi kerjanya, dia malah berpikir, "Kenapa orang kejam padaku? Kenapa hidupku begini? Salahku apa? Kenapa harus aku yang diperlakukan begini?"
Ada orang seperti itu? Atau malah kita sendiri yang diam-diam berkarakter seperti itu? Saat kita diperlakukan tidak adil menurut kita sendiri, dizalimi atau semacamnya, periksalah diri kita sendiri. Jangan-jangan kita pernah zalim pada orang, dengan sengaja dan terlupa atau tidak sengaja. Lalu cobalah untuk perbaiki diri kita. Meski sulit, mintalah pertolongan Alloh untuk mempermudah proses perbaikan kita itu dan percayalah bahwa tiap niat baik pasti akan menemukan jalannya.
Setidaknya, kalau belum bisa berbuat baik ikhlas semata untuk Alloh, berbuat baiklah seperti kita ingin diperlakukan hal yang serupa oleh orang lain. Kalaupun orang lain tetap berbuat jahat pada kita, anggap saja sebagai pelebur dosa dan kesalahan kita terdahulu yang menumpuk seperti tumpukan ribuan gunung tertinggi di dunia.