5 Alasan Kenapa Millenial dan Gen Z Harus Melirik Rumah Modular Sebagai Opsi Tempat Tinggal
Barang kali belum banyak yang kenal tentang rumah modular dan bagaimana kelebihannya dibandingkan rumah konvensional akan memungkinkan bagi generasi millenial dan Gen Z meraih mimpi mereka memiliki rumah tinggal sendiri.
Jenis rumah yang pembangunannya diibaratkan seperti menyusun balok permainan lego ini, belum banyak dilirik sebagai opsi bangunan rumah tinggal oleh masyarakat kebanyakan yang belum familiar dengan rumah modular.
Secara sederhana pengertian rumah modular adalah bangunan rumah yang komponen-komponennya dibuat secara prefabrikasi di pabrik dan disusun menjadi suatu bangunan rumah utuh di lokasi tempat rumah itu akan dibangun.
Bangunan modular awal-awal yang bisa dijadikan contoh adalah Candi Borobudur yang dibangun dengan bagian-bagian yang disiapkan di tempat lain dan baru disusun di lokasi pembangunan candi.
Alasan Pertama: Harga yang Lebih Terjangkau
Sudah jadi rahasia umum bahwa harga rumah yang melangit jadi hambatan mimpi millenial dan generasi Z memiliki rumah mereka sendiri. Bahkan Menteri Keuangan saat ini, Sri Mulyani, menyatakan bahwa millenial dan Gen Z akan sulit memiliki rumah tinggal.
Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Indeks harga properti kuartal keempat Tahun 2022 sebagaimana dilansir dari Survei Harga Properti Residensial di Pasar Primer oleh Bank Indonesia menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 2,00%.
Di sisi lain, pertumbuhan penjualan rumah tinggal di kuartal yang sama mengalami perlambatan menjadi 4,54%, sedangkan kuartal sebelumnya sebesar 13,58%. Kondisi ini timpang jika dibenturkan pada fakta bahwa kenaikan pendapatan millenial dan Gen Z yang kurang signifikan dibanding kenaikan harga rumah.
Bambang Dwi Wijayanto dari Waskita Beton Precast mengatakan bahwa efisiensi biaya pembangunan rumah modular bisa mencapai 40%. Biaya yang dipangkas berasal dari biaya pengerjaan rumah yang bisa lebih cepat dan membutuhkan tenaga manusia yang sedikit dibanding konvensional. Efisensi biaya ini
Alasan Kedua: Waktu Pembangunan yang Cepat
Waktu konstruksi berkurang sampai 35% karena telah prefabricated dan tinggal disusun di lokasi pembangunan rumah.
Sebagai contoh, inovasi rumah modular yang dibuat oleh Wasita Beton Precast berupa instant home, I_Home tipe 36 hanya butuh waktu instalasi tujuh hari saja dengan enam orang man power.
Alasan Ketiga: Zero Waste dan Berkelanjutan
Iwan Prayitno dari Green Building Council Indonesia menyatakan bahwa sekitar 60% emisi karbon berasal dari rumah tinggal. Lalu dari sisi material bahan bangunan dan konstruksi juga menyumbang 11% emisi karbon global. Padahal emisi karbon ini berkontribusi terhadap climate change yang pada akhirnya akan merugikan kita semua.
(tangkapan layar presentasi Iwan Prayitno) |
Prinsip pembangunan rumah modular adalah meminimalkan limbah sehingga sumber limbah diusahakan hanya ada di pabrik dan tidak meninggalkan limbah pasca konstruksi. Pembangunan modular dapat mengurangi limbah 10-15% dan konsumsi energi dalam siklus hidup bangunan modular lebih rendah 4,6%.
Emisi karbon berkurang sampai 3% karena bahan material untuk rumah modular memang dipilih yang rendah emisi sehingga lebih ramah lingkungan. Bahan kayu akan lebih dipilih ketimbang semen yang produksinya bersama dengan baja dan konkrit menghasilkan emisi karbon global 14-16%.
Alasan Keempat: Keamanan Bangunan
Tahan gempa karena modular yang dibuat reltif lebih ringan dibanding batu bata dan material beton konvensional sehingga akan tahan gempa. Bahan yang dibuat juga dirancang tahan api dan cenderung bisa menghentikan proses kebakaran. Masalah klasik di rumah konvensional seperti tumbuhnya jamur dan lumut bisa dicegah lewat pemilihan bahan materialnya.
Alasan kelima: Konsistensi Mutu
Mutu dari rumah modular akan lebih konsisten karena dikerjakan secara prefabrikasi sehingga standar mutunya pun skala pabrik yang melalui proses kontrol kualitas sedemikian rupa.
Hal ini berbeda berbeda dengan rumah konvensional yang mutunya akan tergantung dari developer yang mengerjakan atau skill pekerja yang terlibat dalam pembangunan rumah tinggal.
***
Meskipun ada lima alasan kenapa para millenial dan Gen Z harus mulai melirik rumah modular sebagai opsi tempat tinggal mereka, soal desain rumah juga jadi perhatian utama. Apakah mungkin membuat bangunan rumah modular yang memang template dari pabrik bisa lebih dipersonalisasi sesuai keinginan estetik pemilik rumahnya?
Novriansyah Yakub, seorang arsitek rumah modular, memaparkan bahwa hal itu tetap mungkin dilakukan. Rumah modular tetap memungkinkan menonjolkan sisi desainnya meski terbatas dengan modul yang ada di pasaran dengan kreativitas mengombinasikan antara modul pabrik dengan modul desain.
(Contoh desain karyaNovriansyah Yakub dengan modul kayu) |
Jadi, bagaimana? Tertarik membangun rumah modular?