Barangkali malaria adalah salah satu hal yang dibenci
Sultan Agung Mataram. Karena penyakit malaria yang menimpa
prajurit-prajuritnya, serangan kedua dari pasukan Mataram ke VOC yang berbasis
di Batavia pada abad ke-17 pun gagal total lagi. Tentu bukan hanya malaria
penyebabnya. Faktor lain penyebab kegagalan serangan itu juga adalah kurangnya
perbekalan logistik perang. Sejarah yang melibatkan malaria lagi terjadi pada
abad ke-18, tepatnya dasawarsa 1730-an, epidemik malaria pecah lagi di Batavia
menyebabkan ribuan orang meninggal dan bahkan menurut sejarah, selepas epidemik
malaria terjadi, Batavia digegerkan dengan peristiwa Geger Pecinan yang
mengakibatkan ribuan nyawa etnis Tionghoa melayang.
Malaria kembali hadir lagi dalam
rekam jejak sejarah penjajahan di Indonesia. Pada tahun 1800-an, Daendels alias
jenderal Guntur, mencetuskan proyek pembangunan jalan raya pos antara Anyer –
Panarukan, tentu saja lewat sistem kerja paksa yang berakibat pada kematian puluhan
ribu pekerja, bahkan katanya lebih dari 12.000 jiwa yang meninggal. Sebagian
besar pekerja meninggal karena malaria. Ya, mereka menerabas hutan dan
bukit-bukit cadas yang di sekitarnya menjadi sarang nyamuk vektor malaria. Satu
per satu dari pekerja rodi itu pun berjatuhan karena gigitan satu makhluk kecil
keluarga anopheles yang sudah terjangkit parasit plasmodium. Jarang orang tahu,
ironisnya Daendels akhirnya mati karena malaria di tempat penugasan terakhirnya
di Afrika.
Bila kita runut lagi ke
belakang, penyakit yang disebut Shakespeare sebagai The Caliban Curse ini sudah dikenal manusia sejak zaman Yunani kuno.
Dasar penamaan penyakit ini pun berasal dari sana, yaitu dari kata mal (buruk) dan area (udara). Jadi selain dianggap kutukan Tuhan, zaman dahulu
penyakit ini juga dianggap sebagai akibat dari kualitas udara yang buruk. Baru
pada tahun 1880-an setelah parasit penyebab malaria ditemukan, penelitian
ilmiah untuk mengetahui lebih logis mengenai penyebab malaria mulai dilakukan.
Apa Itu
Malaria?
Malaria termasuk jenis penyakit yang bisa tiba-tiba
muncul kembali dan menjadi endemi dalam jangka waktu yang cukup lama (re-emerging disease). Penyakit malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang terbagi menjadi 4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Parasit plasmodium tadi masuk
ke dalam tubuh manusia melalui perantara vektor nyamuk anopheles. Daerah tropis
seperti Indonesia merupakan daerah endemis malaria, meskipun di seluruh dunia
pernah ada kasus pelaporan malaria juga. Masa inkubasi malaria cukup panjang, yaitu sekitar 1 – 3 minggu bahkan sejak bulan awal
tertular. Parasit
malaria membutuhkan waktu untuk matang sebelum berkembang dan menginfeksi
sistem tubuh manusia, dalam jagka waktu tersebut parasit hanya akan tinggal
dalam sel darah manusia..
Gejala
atau ciri penyakit ini sangat khas dan mudah dikenali, yaitu demam naik-turun
dan teratur disertai menggigil. Selain itu, malaria dapat menyebabkan
pembesaran dan pengerasan limpa sampai berakibat pada kematian. Gejala lain
yang menyertai malaria adalah syok, turun tekanan darah, dan frekuensi napas
meningkat. Sebaiknya bila mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas dan Anda
baru saja bepergian dari wilayah endemi malaria, Anda perlu waspada dan segera
memeriksakan diri.
Permasalahan
Malaria di Indonesia
Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) malaria masih
sering terjadi. Pada rentang 1997-2005 KLB malaria terjadi dengan jumlah
penderita 32.987 penderita dan 559 kematian karena malaria. Kasus malaria
terbanyak di Indonesia disebabkan oeh P. falciparum dan P. Vivax. Saat ini diperkirakan
36% penduduk Indonesia tinggal di daerah endemi malaria, yaitu di kawasan Timur
Indonesia yang mencakup Papua, NTT, Maluku, dan Sulawesi Tenggara. Indonesia termasuk
ke dalam empat besar negara yang memiliki kasus P. Vivax terbanyak. Padahal P.
vivax seringkali dikaitkan dengan kasus malaria berat yang berakhir dengan
kematian.
Belum lagi selesai penanganan malaria
secara tuntas, permasalahan lain muncul. Permasalahan ini sama dengan yang
dihadapi oleh negara lain, yaitu masalah resistensi parasit terhadap
pengobatan. Saat ini, kina yang sejak dahulu menjadi andalan utama pengobatan
malaria sudah tidak mampu lagi menangani parasit plasmodium sehingga membutuhkan
alternatif lain, contohnya artemisia. Sayangnya obat artemisia ini belum merata
distribusinya di Indonesia.
Pencegahan:
Jurus Anti Malaria Terbaik
Mengingat cukup beratnya dampak dari penyakit malaria
terhadap kesehatan, ada baiknya kita mencegah malaria mampir ke tubuh kita ketimbang
tidak berbuat apa-apa yang malah meningkatkan risiko pajanan terhadap malaria.
Langkah praktis yang dapat dilakukan antara lain:
1. Selalu
menjaga kualitas lingkungan sekitar kita.
Kolam bisa
menjadi media yang menggiurkan bagi nyamuk anopheles berkembang biak, karena
itu kebersihannya perlu dijaga dan dibersihkan dalam periode waktu tertentu.
Bisa juga sambil memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dalam kolam tersebut.
Ingat bahwa untuk malaria, penderitanya bukan hanya dari daerah terpencil saja.
Tidak menutup kemungkinan daerah perkotaan mengalami KLB malaria lagi jika
masyarakatnya tidak memelihara kebersihan got depan rumahnya.
2. Menggunakan
losion anti-nyamuk saat tidur atau memakai kelambu yang telah diimpregnasi
dengan insektisida.
3. Meminta saran
dokter bila akan bepergian ke daerah endemik malaria dan minta diresepkan obat
pencegah malaria ke dokter Anda.
Malaria
memang sudah menemani sejarah panjang Indonesia, sejak masa kolonialisme sampai
pasca reformasi saat ini. Tren kejadian malaria yang lebih sering terjadi di
luar pulau Jawa tidak harus membuat kita lengah. Kita perlu ingat bahwa malaria
memiliki reputasi sebagai re-emerging
disease yang mesti terus-menerus kita waspadai. Kemunculan parasit malaria yang resisten terhadap pengobatan seharunya juga mendorong kita untuk mencari alternatif pengobatan lain yang berakar dari pengetahuan turun-temurun para nenek moyang kita, misalnya seperti penggunaan sambiloto yang kabarnya cukup baik pula untuk mengatasi penyakit malaria.
0 Comments