“Janji kami di awal selalu aku pegang teguh. Janji
untuk selalu ada ketika yang lain lanyau dalam situasi yang mengimpit. Janji
untuk mengangkat ketika salah satu dari kami terjatuh. Janji itu aku jaga
rapat-rapat. Hingga akhir hayat, akan terus aku jaga. Menjaga hati
masing-masing, menjaga cinta kami.” (Bunda Lisa: 98-99)
Terus terang saya
begitu penasaran dengan kehidupan rumah tangga orang-orang sukses. Maksud saya
bukan sekedar penasarannya ibu-ibu penggosip yang butuh bahan untuk bercerita
di tengah kerumunan penggosip lainnya, tetapi sebagai bahan introspeksi diri
supaya bisa mengubah diri lebih baik dan meraih kesuksesan seperti orang-orang
sukses itu. Saya ingin tahu, apa dan siapa yang berperan dalam kesuksesan
mereka, bagaimana kisah perjuangan mereka, bagaimana mereka dibesarkan dalam
keluarganya, dan bagaimana mereka membesarkan anak-anak mereka.
Hampir semua pertanyaan itu saya
dapatkan jawabannya dalam novel Bunda
Lisa Samudra dan Angkasa yang Bernyanyi Memeluk Mimpi. Awalnya saya
penasaran siapakah Bunda Lisa yang dimaksud dalam buku ini. Saya tidak terpikir
untuk gugling sebelum membaca buku ini. Saya heran saja, mengapa buku ini
begitu diangkat oleh FansPage (FP) Facebook Rumah Perubahan Rhenald Kasali yang
kurang dari sebulan lalu saya berikan jempol alias like FansPage itu?
Sebelumnya
saya ingin bercerita dulu alasan saya like FP itu. Taklain karena status tulisan
mengenai paspor oleh Rhenald Kasali yang di-share
salah satu teman di FB. Tulisan yang membuka cakrawala berpikir saya yang sempit itu pasti datang dari seorang hebat yang
berwawasan luas. Saya pun tertarik mencari tahu tentang Rhenald Kasali. Sebenarnya
saya pernah mendengar nama Rhenald Kasali dan pernah lihat sampul buku karyanya
di TB Gramedia, tapi awalnya saya pikir beliau hanya motivator biasa seperti motivator
lainnya dan saya kurang tertarik membeli buku beliau saat itu, tapi setelah membaca tulisan beliau tentang paspor, saya semakin tertarik mencari tahu segala sesuatu tentang beliau.
Kembali ke novel Bunda Lisa tadi. Akhirnya
setelah saya membeli buku itu, saya tergelitik dengan sampul novel Bunda Lisa
Samudra dan Angkasa yang Bernyanyi Memeluk Mimpi yang penuh dengan endorsment tokoh-tokoh ternama pula. Saya
penasaran dengan sosok Bunda Lisa yang menurut Ahmad Fuadi penulis Trilogi
Negeri 5 Menara sebagai perempuan yang daya geraknya jauh melampaui pagar
rumahnya. Dari kata pengantar penulisnya saya sudah curiga siapa sebenarnya Bunda
Lisa itu, tapi kemudian saya memastikan lagi dengan gugling. Yakinlah saya
bahwa ternyata Bunda Lisa taklain adalah Ibu Elisa, istri dari Rhenald Kasali
sendiri. Tak sangka! Pucuk dicinta, ulam tiba! Penasaran tentang kehidupan rumah tangga orang sukses seperti Rhenald Kasali, malah dapat kesempatan belajar rahasia sukses beliau lewat istrinya sendiri. Dan ternyata buku ini adalah hadiah bagi pernikahan perak mereka. Meminjam kata
anak-anak zaman sekarang, co cwit!
Novel ini berisi
kisah-kisah perjuangan seorang perempuan bernama Lisa atau sepanjang novel dipanggil sebagai Bunda Lisa yang menjalankan tugasnya sekaligus sebagai istri,
ibu, guru, sahabat, dan anggota masyarakat bagi lingkungan sekitarnya. Siapa
yang sangka bahwa dibalik menterengnya gelar profesor yang disandang Rhenald
Kasali tersimpan kisah perjuangan berpeluh keringat dan air mata dari sang
profesor dan istrinya. Selain kisah tentang perjuangan pasangan suami-istri itu
dalam meraih cita-cita, novel ini juga bercerita tentang sisi lain kehidupan
Bunda Lisa sebagai seseorang yang sangat peka jiwa sosialnya. Sepulang dari
Amerika Sarikat, Bunda Lisa sangat prihatin dengan keadaan masyarakat
sekitarnya yang tidak memiliki Posyandu, kemudian beliau dengan dukungan sang
suami pun membangun posyandu dengan biaya sendiri. Disusul dengan pembuatan
rumah baca dan sekolah TK untuk kaum papa.
Bunda Lisa yang tadinya harus
terseok-seok membantu sang suami mencari biaya tambahan untuk menutupi biaya
pendaftaran kuliah di AS, malah menjadi seseorang yang “kaya” dan membagikan
apa yang beliau punya untuk kebaikan orang-orang sekitar. Lewat sekolah TK
Kutilang yang beliau dirikan, beliau membantu anak-anak miskin yang tidak
pernah mengenal mimpi dan cita-cita sebelumnya. Karena memang mimpi itu untuk
diperjuangkan. Barang kali hal itu berkaca dari pengalaman beliau saat
mendorong sang suami meneruskan kuliah di luar negeri dengan biaya seadanya. Lalu
saat Bunda Lisa menyusul sang suami ke AS, beliau pun memilih untuk membantu
keuangan keluarga dengan bekerja paruh waktu sebagai pengasuh anak dan takrela
berpangku tangan begitu saja melihat sang suami kerja keras untuk kehidupan keluarga
kecil mereka. Tapi berbekal cita-cita, toh apa yang mereka impikan tercapai
juga. Memang tak ada yang lebih baik dari pengajar yang mengerti sekali apa
yang diajarkan.
Dalam buku ini juga diceritakan
bagaimana Bunda Lisa mengelola TK-nya dan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan
yang boleh dibilang super sekali. Saya yang pernah mengajar di sekolah terpukau
dengan cara yang dipakai Bunda Lisa untuk mendidik siswa-siswa TK itu. Bunda
Lisa mendorong guru-guru TK-nya untuk menjadi “kuas,” bukan “pelukis” karena
anak-anak tidak boleh diarahkan seperti mesin. Para guru juga diperlakukan
seperti sahabat yang selalu diajak aktif bertukar pikiran dan memberikan saran.
Takjarang Bunda Lisa dan para guru menghabiskan waktu bersama sekedar
jalan-jalan tanpa membedakan status sama sekali.
Novel Bunda Lisa juga menceritakan
bagaimana Bunda Lisa dan profesor mengasuh kedua anak kandung mereka sesuai
dengan bakat dan minat mereka. Saat ada guru yang seperti meledek kemampuan
salah satu anak mereka dalam akuntansi, mereka tidak mempermasalahkan itu dan
terus mengasuh kedua putranya dengan baik. Keduanya malah mendorong
anak-anaknya untuk melakukan apa yang mereka sukai asal dapat
dipertanggungjawabkan, serta mendorong mereka untuk mandiri dan keluar dari
zona nyamannya.
Kisah inspiratif dalam buku ini
dituliskan oleh Jombang Santani Khairen, seorang mahasiswa Rhenald Kasali yang
sudah pernah menelurkan karya novel juga sebelumnya, yaitu Karnoe: Sejarah Tak
Tertulis di Balik Nama Besar. Jombang cukup piawai menerjemahkan kisah Bunda
Lisa dari cerita orang-orang sekitar Bunda Lisa karena Bunda Lisa tidak
tahu-menahu bahwa dirinya sedang menjadi tokoh sentral dalam novel ke-2 tulisan Jombang.
Jombang memakai sudut pandang orang pertama dalam pengisahan novel ini, yaitu
sudut pandang Bunda Lisa sendiri dan dengan alur maju dan mundur. Hal ini
teramat sulit dan untuk itu usaha Jombang perlu diapresiasi, meskipun ada
pengisahan yang terkesan kaku dan enggak
perempuan banget. Tapi secara keseluruhan, novel ini mampu menginspirasi
saya untuk berbuat lebih untuk sesama sebagaimana halnya Bunda Lisa untuk
masyarakat papa di sekitarnya. Terlebih, kisah cinta Bunda Lisa dan profesor
yang jauh dari kata picisan itu menginspirasi saya juga. Bahwa bila sudah
memutuskan untuk hidup bersama dengan dia yang kita cinta, kita harus
menjadikan mimpinya sebagai mimpi kita juga lalu mengupayakannya bersama-sama.
Bahwa dukungan terbaik yang bisa didapat oleh seorang suami adalah dari sisi
istrinya sendiri sebagaimana yang diakui sang profesor dalam buku ini:
"Ibu Lisa tidak hanya paling cantik di rumah ini. Ibu Lisa juga yang paling kuat di rumah ini. Kalian bisa di sini hari ini, bertemu saya yang profesor ini, itu semua karena beliau....." (hlm. 240-241)
"Saya belajar banyak hal dari Ibu Lisa, dua hal di antaranya tentang cinta dan menggapai mimpi." (hlm. 241)
Judul : Bunda Lisa Samudra dan Angkasa
yang Bernyanyi Memeluk Mimpi
Penulis : Jombang Santani Khairen
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Februari 2014
ISBN : 978-602-03-0223-2
Tebal : xiii + 268 hlm.
Diambil dari http://www.jombangsantanikhairen.com/2014/03/my-second-novel-bunda-lisa-samudra.html |