Belajar dari Pos Sehat At-Taubah
By RFR - Mei 10, 2014
:
Kiprah Ibu-ibu Majelis Taklim Peduli Sosial
Tahun lalu, saya pernah terlibat dalam
penulisan buku Pos Sehat LKC Dompet Dhuafa. Saya mendapat tugas mewawancarai
salah satu Pos Sehat binaan LKC, yaitu Pos Sehat Attaubah yang berdiri di
daerah perumahan di Pamulang. Sebelumnya saya tidak mengira kalau penggeraknya
adalah ibu-ibu majelis taklim paruh baya. Alangkah malunya saya setelah
mengetahui yang sebenarnya karena saya masih muda tapi masih jauh dari apa yang
mereka lakukan untuk sesama.
Pos Sehat At-Taubah
merupakan pos sehat binaan LKC Dompet Dhuafa yang awalnya digerakkan oleh
ibu-ibu majelis taklim masjid At-taubah. Kegiatan Pos Sehat ini mencakup kegiatan
kesehatan, sosial berupa pembagian sembako, bahkan pendidikan berupa beasiswa
untuk warga dhuafa di sekitar perumahan.
Dalam bidang kesehatan,
pos sehat At-taubah didirikan untuk membantu dan memfasilitasi kaum dhuafa yang
kurang memiliki akses ke fasilitas kesehatan. Pos Sehat At-Taubah juga memiliki
misi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kurang mampu, baik
kesehatan jasmani (fisik) maupun kesehatan rohani (spiritualitas). Kegiatan
pengobatan gratis diadakan tiap selasa dan kamis pukul 16.00; kegiatan advokasi
kesehatan tiap tiga bulan sekali (mengenai hipertensi, TBC, kaki gajah, asam
urat, kolesterol, dan berbagai topik kesehatan lainnya); senam sehat setiap
sabtu pukul 06.00 pagi; dan perbaikan gizi 3-6 bulan sekali.
Pos sehat ini juga memiliki
kegiatan pengelolaan sampah yang bermitra dengan bank sampah. Hasil dari
pengelolaan sampah ini nantinya akan dapat dimanfaatkan oleh warga kurang mampu
di sekitar wilayah pos sehat sebagai pemasukan tambahan yang cukup membantu
ekonomi mereka. Tentunya kegiatan ini juga memiliki semangat peduli lingkungan
yang sangat tinggi. Ibarat, sambil menyelam, minum air.
Bagaimana dengan pendanaan? Warga perumahan yang tergolong ekonomi mampu diajak untuk menyumbang dana dengan nominal yang tidak dibatasi melalui kartu donatur tetap bulanan yang disebar oleh pengurus Pos Sehat At-taubah. Selain itu, adanya bank sampah yang saya sebutkan tadi juga diharapkan dapat menambah pendanaan operasional Pos tersebut.
Ibu-Ibu Pos Sehat At-Taubah Saat Pemberian Sembako. |
Bagaimana dengan pendanaan? Warga perumahan yang tergolong ekonomi mampu diajak untuk menyumbang dana dengan nominal yang tidak dibatasi melalui kartu donatur tetap bulanan yang disebar oleh pengurus Pos Sehat At-taubah. Selain itu, adanya bank sampah yang saya sebutkan tadi juga diharapkan dapat menambah pendanaan operasional Pos tersebut.
Tidak semua orang dapat
begitu saja menerima bantuan kesehatan dari Pos Sehat At-Taubah. Mereka sangat memperhatikan
latar belakang penerima bantuan kesehatan melalui survei ketat yang dilakukan
oleh tim survei. Mereka tidak mau kecolongan dengan meloloskan penerima yang
tidak berhak sehingga kadang kala untuk memastikan keberhakan penerima bantuan,
mereka perlu mensurvei berkali-kali. Lewat survei itu pula, terkadang mereka
menemukan calon penerima bantuan yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh mereka. Persyaratan
untuk memperoleh hak sebagai penerima bantuan kesehatan Pos Sehat At-taubah
juga cukup ketat, bahkan bila penerima bantuan kesehatan ketahuan merokok lebih
dari 3 kali akan dicabut bantuannya. Ini berarti penerima bantuan diharapkan
benar-benar yang tidak mampu, bukan cuma orang-orang yang “menjual”
kemiskinannya untuk mendapat belas kasihan. Penerima bantuan juga dituntut
untuk bertanggung jawab juga atas kesehatan mereka.
Melihat
pola kerja ibu-ibu majelis taklim melalui Pos Sehat At-taubah ini bisa saya
simpulkan tiga hal.
Pertama, pemberdayaan warga mampu
(ekonomi maupun tenaga) lewat kerja nyata. Pos sehat At-Taubah mengajak
orang-orang yang tergolong ekonomi mampu dalam lingkungan perumahan untuk
peduli sekitar dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial ini. Partisipasi yang
diharapkan juga tidak terbatas pada uang saja, tetapi juga berupa tenaga,
waktu, dan pikiran. Mereka pun tidak memaksa warga perumahan untuk
berpartisipasi, tetapi mereka memberikan contoh dan tetap saja berkarya.
Saya ingat saat
mewawancarai Ibu Riza, salah satu pengurus Pos Sehat ini. Bahwa awal
pendiriannya, banyak yang meragukan kegiatan kepedulian sosial ini dan tidak
percaya bahwa pendanaannya akan beres. Tetapi Ibu Riza dan kawan-kawan tidak
mundur dengan adanya hambatan dan prasangka seperti itu. Mereka tetap bekerja
dan malah membuktikan kesuksesan kegiatan-kegiatan sosialnya. Hasilnya, banyak
di antara warga perumahan yang tadinya tidak tertarik terlibat menjadi anggota
aktif yang ikut menyumbangkan tidak hanya dana, tetapi juga tenaga mereka.
Kedua, pemberdayaan warga tidak mampu
lewat partisipasi aktif mereka dalam memperbaiki nasib. Ini terbukti dari
seleksi warga penerima bantuan tidak diperbolehkan melakukan gaya hidup yang
dapat merusak lagi bila sudah menjadi penerima bantuan pos sehat, seperti
contoh perokok yang tidak boleh menjadi penerima bantuan lagi tadi.
Ketiga,
wilayah bantuan yang diberikan harus menyeluruh. Para penerima bantuan memang
menerima bantuan dari aspek kesehatan, pendidikan, dan sosial, tetapi mereka
juga diwajibkan rutin mengikuti pengajian yang diadakan di Majelis Taklim agar
bisa bersama-sama memperbaiki kualitas diri dan ibadah dengan lebih baik lagi.
Ini artinya ibu-ibu Pos Sehat At-Taubah tidak hanya peduli pada aspek keduniaan warga
dhuafa di sekitar mereka, tetapi juga akhirat mereka.
Tiga hal yang saya simpulkan di atas
setidaknya menjadi hal yang harus saya pegang erat-erat bila suatu saat kelak
akan membuat yayasan sosial cita-cita saya kelak. Ditambah lagi, saya ingin
menerapkan pula seperti yang dilakukan LKC Ciputat, yaitu memberdayakan para
penerima bantuan sebagai agen perubahan di sekitar wilayah mereka. Di LKC
Ciputat saya pernah melihat seorang nenek tua yang membantu menuntun temannya
yang juga sudah berumur, tetapi penglihatannya terbatas untuk memeriksakan
matanya yang katarak di klinik mata LKC Ciputat. Usut punya usut ternyata nenek
tua tadi juga tadinya penderita katarak yang berhasil sembuh karena telah dioperasi oleh dokter di LKC
Ciputat.
Saat
ini mungkin saya hanya bisa membantu menyerukan kepedulian sosial via blog
saja, tetapi satu saat saya yakin dapat berpartisipasi lebih aktif lagi dalam
program-program sosial yang membuat Indonesia bisa move-on dari berbagai
persoalannya.
0 Comments